Wilujeng Sumping...

Aduh, makasih banget udah mau dateng di blog sederhana ini. Jujur aja, ini blog yang seumur-umur baru gue buat. Jadi, kalo ada salah-salah kate, plis deh dimaapin. Harapan gue, elo betah dan balik lagi.

Gue janji untuk ke depannya (sampe akhir 2009), blog ini gue seriusin dan ada buku2 (bikinan gue tentunya) yang siap gue bagiin bagi yang mau atau bersedia ngebantu gue.

Sekali lagi: makasih, makasih, makasih...

Tuesday, March 24, 2009

Bab 1.1.

“Kebakaraaaan! Kebakaraaaan!”
Jalan Gentong Raya yang jadi pasar kagetan tiap Jumat mendadak heboh. Bukan Cuma sekedar berisik secara banyak yang jualan, tapi teriakan tadi ngebuat para pembeli dan penjual sayur-mayur, pedagang asongan sama tukang balon, serentak pada celingukan. Saking panik, beberapa orang saling tabrakan karena nggak tau mau kabur kemana.
“Kebakaraaaan! Kebakaraaaan!”
Daftar orang yang celingukan pada bertambah. Tukang jual batu akik, bencong pengamen, dan juru parkir, masuk dalam kategori terakhir. Muka mereka sama. Panik. Tanpa nunggu aba-aba, beberapa pedagang kabur ninggalin kios ataupun dagangannya. Begitu juga pembelinya.
Tanpa kecuali Ade – cowok kiut yang gara-gara teriakan tadi buru-buru ninggalin makan siangnya yang masih belum selesai di warung tenda Bang Jori Kumis.
“Kebakaraaaan! Kebakaraaaan!”
Sementara beberapa orang masih pada kabur ninggalin tempat, yang lainnya mukanya ketuju ke satu arah. Tapi setelah ditunggu-tunggu, nggak ada tanda-tanda munculnya orang tersebut. Semenit, dua menit berlalu. Tiga menit, lima menit. Mereka masih nunggu satu menit lagi sampe kemudian sama-sama sadar kalo mereka semua dikadalin.
Nah, pas mereka semua – para pedagang dan pembeli – kembali beraktifitas, baru mereka sadar sesuatu.
“Sialan! Gue dikadalin!” teriak Koh Abun sewaktu ngeliat daging ayamnya berkurang dua ekor.
“Gue juga!” gantian pedang tomat yang teriak. “Duit gue yang segepok di meja sekarang nggak ada!”
“Woooy! Voucher hape gue ada yang bawa kabur!”
“Sarung gue juga ilang!”
“Gigi palsu gue ada yang ngembat!”
Demikianlah. Daftar orang yang keilangan barang dan duit ternyata lumayan banyak.
“Sialan nih, ada yang ngerjain kita!”
“Kebakarannya bo’ongan!”
Orang-orang pada sebel. Tapi ternyata itu belum semuanya. Ade baru sadar kalo akibat ia buru-buru meninggalkan tempat, bajunya kecipratan saos dan kecap.
“Kurang asem!” cetusnya kesel, “gara-gara kejadian tadi baju gue rusak nih!”
Seorang pemuda kerempeng nimpalin. “Gue juga. Gue nggak sempat makan siomay, tukang jualnya udah kabur duluan! Sial…”
“Itu nggak seberapa,” seorang pemuda berteriak dari balik pintu bertulisan ‘Barber Shop’. “Yang paling kesel tuh gue, tau?!”
“Kenapa emangnya pak?” tanya Ade penasaran.
Pemuda yang berteriak tadi kini muncul di depan mereka semua. “Tukang cukurnya juga kabur. Nah terus, masa gue musti pulang dalam keadaan begini?” cetusnya sambil nunjuk kepalanya yang baru ½ kecukur.

***

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger