Oleh: Lisa Kunto
(dikutip dari Bukune.com)
Meggin Patricia Cabot, atau yang dikenal dengan nama pena Meg Cabot, membuka milenium baru dengan menerbitkan sebuah novel untuk remaja, The Princess Diaries. Novel tersebut sangat digandrungi oleh remaja putri sehingga tak lama setelah diterbitkan, Disney memutuskan untuk mengangkat kisah Mia Thermopolis, gadis Manhattan yang ternyata seorang putri kerajaan kecil Genovia, ke layar perak. April 2001, film dengan judul yang sama diputar di bioskop-bioskop seluruh Amerika. Akting Anne Hattaway sebagai Mia dan Julie Andrews sebagai Ratu Genovia, memukau remaja di seluruh Amerika dan dunia, termasuk Indonesia. Sukses film itu membawa serta buku seri The Princess Diaries ke seluruh dunia. Setahun berselang, penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) menerbitkan novel terjemahan The Princess Diaries pertama.
Ternyata pembaca Indonesia menyambut buku tersebut. Juga buku-buku sejenis lainnya yang dikenal dengan istilah teenlit atau teen literature.
Prediksi Penerbit terhadap Buku Remaja
Walaupun penerbit dirisaukan oleh perilaku pasar di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh tren, mereka tetap optimistis bahwa pangsa remaja tetaplah sangat potensial untuk digarap. Teenlit bakalan tetap menjadi bacaan primadona untuk tahun ini, dan bahkan mereka yakin, untuk tahun depan. Menjadi tugas penerbit untuk membaca geseran-geseran tren yang terjadi di masyarakat.
Ariobimo Nusantara, pemimpin redaksi Grasindo, mengakui terjadinya penurunan jumlah penjualan. Tapi ia merasa yakin kalau minat remaja terhadap buku tidak akan surut. “Penurunan terjadi bukan karena permintaan berkurang. Melainkan karena saat ini, banyak pemain yang masuk ke pasar yang sama,” katany. Oleh karena itu para penerbit berlomba-lomba untuk menciptakan tren-tren baru pada bacaan teenlit. Kuncinya adalah inovasi: entah dari segi cover, ilustrasi, syukur-syukur isi. Ini diperlukan untuk mempertahankan minat pembaca remaja terhadap fiksi.
Hetih Rusli, redaksi Garmedia Pustaka Utama berkomentar, “Pembaca remaja kita tidak setia pada penulis teenlit dari dalam negeri. Sedangkan untuk penulis teenlit luar, mereka setia sekali. Kita ambil contoh: apapun buku Meg Cabot terbitan GPU, pasti laku di pasaran. Dan dinantikan. Sedangkan penulis kami yang sudah menerbitkan beberapa judul teenlit, belum mendapat reaksi yang sama dari pasar.”
Hanya Remaja Cewek?
Bahwa teenlit tetap menjadi bacaan primadona tahun ini, menciptakan sebuah pertanyaan tersendiri: apakah benar teenlit adalah bacaan remaja secara umum? Dilihat dari segi ceritanya, teenlit seolah-olah hanya menyediakan bacaan untuk remaja putri saja. Sedangkan remaja putra sepertinya tidak menjadi pertimbangan penerbit untuk menerbitkan bacaan untuk putra. Keinginan penerbit adalah bisa merangkul keduanya. Faktanya, sebagian besar penulis teenlit adalah perempuan; pembaca remaja laki-laki lebih menyukai buku-buku yang memiliki banyak visual; dan pembeli buku terbanyak, berdasarkan laporan dari toko buku, juga remaja perempuan. Komentar “Entah ada apa dengan cowok,” dilontarkan oleh Sitok Srengenge, pemimpin redaksi KataKita, dan Jumanta, manajer produksi dan visual Puspa Swara.
Sebenarnya semua penerbit memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi penulis untuk melakukan eksplorasi tema dan gaya bercerita. Mereka menginginkan naskah-naskah dengan lebih banyak variasi agar dapat menjangkau lebih banyak pembaca. Seperti naskah komedi yang cerdas sekaligus lucu.
Selama ini, penulis memang memasukkan kelucuan dalam naskah mereka. Tapi pada akhirnya, naskah yang diterima kebanyakan bertema percintaan. Novel yang benar-benar komedi sedikit sekali jumlahnya. Dari penerbit-penerbit nara sumber, hanya: Jomblo (GagasMedia), 5 cm (Grasindo), dan Hey Conchita (KataKita).Soal gaya bahasa, seperti kita lihat sendiri, novel-novel teenlit ini menggunakan gaya bahasa pop. Bahasa yang digunakan remaja dalam keseharian mereka. Menurut Heti, GPU mematok standar, setidaknya, walaupun itu bahasa gaul seremeh gue-lu, ejaannya harus tetap mengacu pada Kamus Bahasa Indonesia. Begitu juga pengakuan GagasMedia. “Kami di GagasMedia selalu mengacu pada Bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk urusan tata bahasa. Kalau dialek, kami terbuka,” jelas Windy Ariesta, staff redaksi GagasMedia.Nama Besar Penulis?Pembaca tidak setia pada penulis. Pengakuan ini sudah didapat dari penerbit maupun beberapa pembaca remaja yang diwawancara oleh Read. Pada kenyataannya, penerbit pun tidak memprioritaskan nama penulis. Kamu bisa lihat sendiri, sesuai dengan pernyataan penerbit, hampir 80% buku yang ada di pasaran di tulis oleh penulis baru. “Terrant Books selalu mengutamakan keunikan tema cerita dan gaya penulisannya. Banyak penerbit yang mencantumkan besar-besar nama penulis karena ia sudah terkenal,” jelas Azis, “padahal secara kualitas cerita maupun teknik penyampaiannya sudah tidak bagus lagi. Malah karya penulis-penulis baru kadang-kadang jauh lebih bagus.
Best Seller
Sitok Srengenge bersikukuh bahwa sebuah label best seller seharusnya diberikan oleh institusi outsource yang melakukan riset pasar secara independen. Kendati demikian, setiap penerbit memiliki ukurannya sendiri untuk buku best seller mereka.Penerbit KataKita sendiri: 1) Nothing But Love. Novel tersebut memiliki plot berbeda dari buku remaja kebanyakan. Menawarkan pengalaman metafiksi. 2) Hey Concita. Menawarkan never ending komedi dalam ceritanya.Penerbit Puspa Swara: My Cousin is Gay dan My first Triangle Love. Menurut redaksi, karena judul buku unik dan secara langsung mengkomunikasikan ceritanya.Penerbit Terrant Books: Pesan dari Bintang karya Sitta Karina. Kelebihan dari novel tersebut adalah gaya penulisan, tema yang sangat menarik dan dilengkapi ilustrasi yang cantik. Namun belum mengalahkan kesuksesan Nia Arundita, Eiffel I’m in Love.Penerbit Grasindo: Karya-karya Cyntia Surentu. Pacarku Selebriti, Kos ‘Full Color’ dan Keren Bukan Jaminan.Gramedia: Belanglicious, Miss Cupid, dan Dua Pasang Mata. Selain temanya bagus dan dibawakan dengan baik, novel-novel ini dikemas sesuai dengan selera pembaca remaja.GagasMedia: Jomblo sudah mencapai cetakan ke-17. Guruku Keren, Amore, dan Kalau Cinta Ngomong Dong.Dalam 1-3 bulan pertama biasanya sudah dapat dilihat perputarannya: Apakah penerbit sudah menerima pemesanan tambahan dari toko buku. Seberapa cepat habis di pasar. Dan, seberapa cepat cetakan kedua dari waktu cetak pertamakali. Tapi, cetak ulang itu bukan berarti stok habis!
Wilujeng Sumping...
Aduh, makasih banget udah mau dateng di blog sederhana ini. Jujur aja, ini blog yang seumur-umur baru gue buat. Jadi, kalo ada salah-salah kate, plis deh dimaapin. Harapan gue, elo betah dan balik lagi.
Gue janji untuk ke depannya (sampe akhir 2009), blog ini gue seriusin dan ada buku2 (bikinan gue tentunya) yang siap gue bagiin bagi yang mau atau bersedia ngebantu gue.
Sekali lagi: makasih, makasih, makasih...
Gue janji untuk ke depannya (sampe akhir 2009), blog ini gue seriusin dan ada buku2 (bikinan gue tentunya) yang siap gue bagiin bagi yang mau atau bersedia ngebantu gue.
Sekali lagi: makasih, makasih, makasih...
FRIENDS FOREVER
Monday, March 23, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment